BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam pengertian yang sederhana, Pekerjaan Rumah (PR)
dapat diaritkan sebagai salah satu metode mengajar yang berguna untuk mengatasi
kelemahan metode-metode lain (seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain) dalam hal
pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran. Metode ini tampaknya sangat
efektif guna mendorong para siswa belajar di luar jam sekolah, baik perorangan
maupun kelompok, sebab secara terpaksa ataupun tidak, mereka berkewajiban
melaksanakannya. Jika tidak, mereka
akan mendapat hukuman ataupun nilai yang rendah. Belakangan ini terdapat banyak
gunjingan bahwa mutu pendidikan anak di sekolah menurun. Pemahaman anak
terhadap berbagai pelajaran yang diajarkan sangatlah kurang dan tampaknya tidak
mencerminkan semangat yang menggebu. Di pihak lain para siswa dijejali banyak
aturan dan materi sehingga pelajaran di sekolah bertambah. Berbagai tuntutan
sering tidak sesuai dengan
perkembangan kemajuan dan kecerdasan mereka. Hal ini diperparah dengan sikap
orang tua yang terlalu antusias terhadap kapasitas dan daya serap anak,
sehingga memberi dorongan yang berlebihan. Rendahnya nilai para siswa (dalam
matematika dan sains) terjadi bukan hanya karena kemampuan masing-masing,
melainkan juga adanya tuntutan yang berlebihan dalam pengajarannya.
B. Rumusan Masalah
Sampai sejauh manakah PR yang diberikan guru
memberikan pengaruh positif dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar
matematika bagi para siswa.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
kebenaran pengaruh PR dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pelajaran
matematika.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.Pengertian Belajar
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang
belajar sebagai berikut. Menurut Morgan dalam Purwanto (1996), belajar adalah “
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan dan pengalaman”.
Witherington dalam Purwanto (1996) bahwa belajar
adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau
suatu pengertian”. Good and Brophy dalam Purwanto (1996) menyatakan pula bahwa
“learning is the development of new associations as a result of exeperience”.
Surya (1985) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Ahli
modern lainnya merumuskan bahwa belajar adalah
“ bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Tingkah laku yang baru itu misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial, susila
dan emosional ( 1993).
Dalam pada itu Hilgard dalam Ahmadi (1993) dan
Soejanto (1981) menyatakan bahwa “learning is the process by which an activity
originates or is changed through the procedures “whether in the laboratory or
in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
attributable to training.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ada dalam diri
individu/siswa atas dasar pengalaman dan latihan yang berupa perubahan
pengertian, keterampilan, kecakapan atau pun sikap.
Atau suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja.
Dengan demikian ciri-ciri perbuatan belajar adalah
terdapatnya perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut relatif mantap, terjadi
akibat interaksi dengan lingkungan melalui pengalaman dan latihan. Perubaan
tingkah laku itu berupa perubahan pengertian, pemecahan masalah/ berfikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dalam mengajarkan matematika, tidak saja dituntut
kemampuan dalam hal menguasai materi yang akan diajarkan, namum harus mampu
pula menyajikannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemampuan
menyampaikan bahan pelajaran merupakan syarat yang amat penting dalam proses
belajar-mengajar yang baik.
Metode
pengajaran matematika harus disesuaikan dengan tuntutan materi yang tercakup
dalam kurikulum, bakat, minat, sikap, kemampuan murid, lingkungan belajar, dan
alat-alat peraga atau fasilitas yang dimiliki.
Sesuai dengan karakteristik materi yang akan disajikan
beserta pendekatan yang harus dilakukan dalam metode penyajiannya, kegiatan
proses belajar-mengajar dapat dilangsungkan di dalam atau di luar kelas.
Diakui bahwa mengajar adalah membimbing anak agar
menjalani proses belajar. Untuk mendapatkan proses yang efektif, diperlukan
cara mengajar yang efektif pula dengan syarat-syarat sebagai berikut : guru
menggunakan banyak metode dalam mengajar (bervariasi); mampu membangkitkan
motivasi anak; kurikulum yang baik dan seimbang yang memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat; mempertimbangkan perbedaan individual selalu membuat
perencanaan mengajar; memberikan sugesti yang kuat guna mendorong anak belajar
menghadapi murid-muridnya dari masalah yang timbul selama mengajar; mampu
menciptakan suasana demokratik di dalam kelas; memberikan rangsangan kepada
anak untuk belajar; mampu mengintegrasikan berbagai bidang pelajaran; mampu
menghubungkan pelajaran di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat;
memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelidiki, mengamati, belajar, dan memecahkan
masalah secara mandiri; serta memberikan pengajaran remedial guna mengatasi
kesulitan anak dalam belajar.
Pendapat lain menyatakan bahwa mengajar yang efektif
itu memerlukan beberapa hal seperti : penguasaan bahan; cinta kepada apa yang
diajarkan; terdapatnya pengalaman pribadi dan pengetahuan yang dimiliki anak;
mampu membuat variasi metode; menyadari kekurangan karena itu perlu menambah
ilmu dan meningkatkan kepribadiannya; memberikan pengetahuan dan pengalaman
yang aktual, berani memberikan pujian serta mampu menimbulkan semangat secara
individual (Roestiyah et al. 1979. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan).
B. Pentingnya Kompetensi Guru
Pada dasarnya kompetensi itu terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu: Kompetensi Personal, yang meliputi kemampuan menguasai
intelegensi dan emosi sosial yang meliputi kemampuan menguasai teknik dan
praktek komunikasi yang efektif, di samping teman sejawat; Kompetensi
profesional, yang meliputi 10 butir kemampuan yaitu kemampuan menguasai
landasan pendidikan, menguasai bahan pengajaran, mengelola kelas, mengelola
interaksi belajar mengajar, menggunakan media dan sumber belajar, menilai hasil
beiajar mengajar atau prestasi siswa, mengenal fungsi dan program memahami
prinsip dan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran, mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah (Suhaenah, 1995; Pakhrudin, 1985. Dalam
Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
C.
Faktor-faktor yang Menunjang Keberhasilan Belajar
Berhasil/tidaknya anak dalam menyelesaikan suatu program
pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pertama adalah lingkungan
masyarakat, keluarga, dan suasana sekolah yang menyenangkan atau membosankan
anak didik (Maulana, 1995 Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor kedua adalah metode mengajar. Dalam suatu PBM
dituntut adanya strategi tertentu yang pada hakikatnya adalah merupakan
rancangan prosedur dan langkah-langkah yang akan ditempuh guna mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perancangan dan penggunaannya
harus dilandasi dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang memadai.
Suatu domain/ranah dan Taksonomi Bloom yang
dikembangkan dalam tujuan pengajaran hanya akan berkembang dengan efisien dan
efektif bila dibarengi dengan metode mengajar yang tepat. Hal ini disebabkan
karena setiap metode mengajar memiliki karakteristik tersendiri.
Secara umum penggunaan suatu metode akan bergantung
pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai, faktor siswa dengan segala sifat
individualitasnya, faktor guru dengan segala kompetensinya, faktor materi
dengan segala sifatnya, faktor dana dan fasilitas yang tersedia, faktor waktu
yang tersedia dalam PBM, faktor suasana yang menunjang/menghambat PBM, faktor
partisipasi guru dan murid, kebaikan dan kelemahan suatu metode serta faktor
filsafat yang menyangkut pandangan hidiip dan dasar bertindaknya seseorang
(Karo Karo et al., 1975. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor ketiga adalah dedikasi guru. Dedikasi adalah
tujuan kegiatan yang dilakukan seorang guru dalam rangka memajukan pembelajaran
semata-mata berupa pengabdian, tidak bersifat komersial atau imbal jasa, untuk
mencapai tujuan tertentu. (Rustandy, 1996. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan).
Dedikasi ini akan berdampak pada peningkatan mutu
pendidikan dan mutu pembelajaran yang efektif dan efisien. Di samping itu, Ia
berusaha mengarahkan anak didik untuk meraih pengetahuan, keterampilan, serta
sikap.
Faktor keempat adalah kebijakan di bidang pendidikan.
Depdiknas menetapkan strategi pengembangan komponen-komponen yang terkait
secara terpadu dengan memprioritaskan enam komponen, di antaranya adalah:
Pengembangan Kemampuan Profesional Guru yang meliputi metode, pembuatan alat
bantu/media pengajaran, pendekatan penguasaan kurikulum dan materi pelajaran
dan pendayagunaan laboratorium/alat praktek; pembuatan program semester dan
persiapan mengajar - kini program semester dan silabus; kegiatan belajar
mengajar; bimbingan dan penyuluhan (BP/BK); tugas guru sebagai wali kelas/guru
kelas dan piket; tugas guru pendidikan jasmani dan kesehatan; pembinaan
kesenian serta pengelolaan mulok (Depdikbud, 1994.Dalam Bukunya Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan).
D. Metode
Pemberian Tugas
1. Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah
(PR)
Metode ini merupakan salah satu metode yang ingin menerapkan learning by
doing dari John Dewey. Tugas tersebut diberikan kepada individu maupun
kelompok. Mereka akan melaksanakannya di dalam maupun di luar kelas dan di luar
jam pelajaran. Adapun tugas yang bisa diberikan oleh guru itu banyak macamnya
antara lain PR untuk Bidang Studi Matematika (Tim Bakti Guru, 1989. dalam
Bukunya Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan).
2 Cara Melaksanakan Metode Pemberian Tugas
(PR)
PR ini diberikan kepada para siswa pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau
sub pokok bahasan, bahkan pertemuan. Tugas yang diberikan hendaknya
dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas
pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru membuat soal, baik sewaktu mengajar
atau pun sebelumnya, Jumlah soal/skop materi yang diberikan mesti mencakup
seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu, bahkan di upayakan ada
bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru hendaknya
memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut sehingga tidak timbul
kesalahfahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya membimbing pekerjaan
tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta memberikan
petunjuk penyelesaiannya. Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa dilakukan beberapa
menit sebelum pelajaran dimulai pada jam bahasan berikutnya atau guru
menyediakan waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas,
atau tugasnya belum selesai, bisa diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi
mendorong motivasi mereka (Pakhrudin, 1985. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan).
3 Manfaat Pemberian Tugas (PR)
Metode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti
contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian
murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan
kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan
frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan
dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar
kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi
soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian
keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu
materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong
untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang
mereka pelajari.
Mereka akan mengerjakan PR karena adanya rasa takut/malu mendapatkan
hukuman atau dengan kesadarannya sendiri (Pakhrudin, 1985,Dalam Bukunya Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan).
4 Kelemahan Pemberian Tugas PR
Kelemahan yang dapat diamati dari pemberian tugas PR dapat di gambarkan
sebagai berikut. (1) Seringkali siswa tidak mengerjakan PR dengan kemampuan
sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan dengan alasan
kerjasama; (2) Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid;
(3) Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan menimbulkan kekurangtenangan
mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya; (4) Sukar untuk memberikan tugas
secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri; (5)
Para siswa mengerjakan PR tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh
guru/buku; dan (6) Para siswa lambat memahami keterangan dari guru.
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian PR akan bermanfaat
karena PR tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada
pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada
diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi
belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina
lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama
teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang
tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu
di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan
terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa).
B. Saran
Saran yang dapat diajukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Makalah
ini hendaknya sebagai bacaan bagi semua kalangan terutama para guru dan calon
guru.
2.
Pembaca
hendaknya memberi kritikan pada makalah ini jika ada kesalahan dalam penulisan,
sistematika penyusunan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/pengaruh-pemberian-pr-dalam.html