Kamis, 06 Desember 2012

PENGARUH PEMBERIAN PR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR MATEMATIKA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pengertian yang sederhana, Pekerjaan Rumah (PR) dapat diaritkan sebagai salah satu metode mengajar yang berguna untuk mengatasi kelemahan metode-metode lain (seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain) dalam hal pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran. Metode ini tampaknya sangat efektif guna mendorong para siswa belajar di luar jam sekolah, baik perorangan maupun kelompok, sebab secara terpaksa ataupun tidak, mereka berkewajiban melaksanakannya. Jika tidak, mereka akan mendapat hukuman ataupun nilai yang rendah. Belakangan ini terdapat banyak gunjingan bahwa mutu pendidikan anak di sekolah menurun. Pemahaman anak terhadap berbagai pelajaran yang diajarkan sangatlah kurang dan tampaknya tidak mencerminkan semangat yang menggebu. Di pihak lain para siswa dijejali banyak aturan dan materi sehingga pelajaran di sekolah bertambah. Berbagai tuntutan sering tidak sesuai dengan perkembangan kemajuan dan kecerdasan mereka. Hal ini diperparah dengan sikap orang tua yang terlalu antusias terhadap kapasitas dan daya serap anak, sehingga memberi dorongan yang berlebihan. Rendahnya nilai para siswa (dalam matematika dan sains) terjadi bukan hanya karena kemampuan masing-masing, melainkan juga adanya tuntutan yang berlebihan dalam pengajarannya. 
B.  Rumusan Masalah
Sampai sejauh manakah PR yang diberikan guru memberikan pengaruh positif dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar matematika bagi para siswa.

C.  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kebenaran pengaruh PR dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pelajaran matematika.

















BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.Pengertian  Belajar
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang belajar sebagai berikut. Menurut Morgan dalam Purwanto (1996), belajar adalah “ perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman”.
Witherington dalam Purwanto (1996) bahwa belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”. Good and Brophy dalam Purwanto (1996) menyatakan pula bahwa “learning is the development of new associations as a result of exeperience”. Surya (1985) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Ahli modern lainnya merumuskan bahwa belajar adalah
“ bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial, susila dan emosional ( 1993).
Dalam pada itu Hilgard dalam Ahmadi (1993) dan Soejanto (1981) menyatakan bahwa “learning is the process by which an activity originates or is changed through the procedures “whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ada dalam diri individu/siswa atas dasar pengalaman dan latihan yang berupa perubahan pengertian, keterampilan, kecakapan atau pun sikap.
Atau suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Dengan demikian ciri-ciri perbuatan belajar adalah terdapatnya perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut relatif mantap, terjadi akibat interaksi dengan lingkungan melalui pengalaman dan latihan. Perubaan tingkah laku itu berupa perubahan pengertian, pemecahan masalah/ berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dalam mengajarkan matematika, tidak saja dituntut kemampuan dalam hal menguasai materi yang akan diajarkan, namum harus mampu pula menyajikannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemampuan menyampaikan bahan pelajaran merupakan syarat yang amat penting dalam proses belajar-mengajar yang baik.
Metode pengajaran matematika harus disesuaikan dengan tuntutan materi yang tercakup dalam kurikulum, bakat, minat, sikap, kemampuan murid, lingkungan belajar, dan alat-alat peraga atau fasilitas yang dimiliki.
Sesuai dengan karakteristik materi yang akan disajikan beserta pendekatan yang harus dilakukan dalam metode penyajiannya, kegiatan proses belajar-mengajar dapat dilangsungkan di dalam atau di luar kelas.
Diakui bahwa mengajar adalah membimbing anak agar menjalani proses belajar. Untuk mendapatkan proses yang efektif, diperlukan cara mengajar yang efektif pula dengan syarat-syarat sebagai berikut : guru menggunakan banyak metode dalam mengajar (bervariasi); mampu membangkitkan motivasi anak; kurikulum yang baik dan seimbang yang memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat; mempertimbangkan perbedaan individual selalu membuat perencanaan mengajar; memberikan sugesti yang kuat guna mendorong anak belajar menghadapi murid-muridnya dari masalah yang timbul selama mengajar; mampu menciptakan suasana demokratik di dalam kelas; memberikan rangsangan kepada anak untuk belajar; mampu mengintegrasikan berbagai bidang pelajaran; mampu menghubungkan pelajaran di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat; memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelidiki, mengamati, belajar, dan memecahkan masalah secara mandiri; serta memberikan pengajaran remedial guna mengatasi kesulitan anak dalam belajar.
Pendapat lain menyatakan bahwa mengajar yang efektif itu memerlukan beberapa hal seperti : penguasaan bahan; cinta kepada apa yang diajarkan; terdapatnya pengalaman pribadi dan pengetahuan yang dimiliki anak; mampu membuat variasi metode; menyadari kekurangan karena itu perlu menambah ilmu dan meningkatkan kepribadiannya; memberikan pengetahuan dan pengalaman yang aktual, berani memberikan pujian serta mampu menimbulkan semangat secara individual (Roestiyah et al. 1979. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
B. Pentingnya Kompetensi Guru
Pada dasarnya kompetensi itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: Kompetensi Personal, yang meliputi kemampuan menguasai intelegensi dan emosi sosial yang meliputi kemampuan menguasai teknik dan praktek komunikasi yang efektif, di samping teman sejawat; Kompetensi profesional, yang meliputi 10 butir kemampuan yaitu kemampuan menguasai landasan pendidikan, menguasai bahan pengajaran, mengelola kelas, mengelola interaksi belajar mengajar, menggunakan media dan sumber belajar, menilai hasil beiajar mengajar atau prestasi siswa, mengenal fungsi dan program memahami prinsip dan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (Suhaenah, 1995; Pakhrudin, 1985. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
C. Faktor-faktor yang Menunjang Keberhasilan Belajar
Berhasil/tidaknya anak dalam menyelesaikan suatu program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pertama adalah lingkungan masyarakat, keluarga, dan suasana sekolah yang menyenangkan atau membosankan anak didik (Maulana, 1995 Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor kedua adalah metode mengajar. Dalam suatu PBM dituntut adanya strategi tertentu yang pada hakikatnya adalah merupakan rancangan prosedur dan langkah-langkah yang akan ditempuh guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perancangan dan penggunaannya harus dilandasi dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang memadai.
Suatu domain/ranah dan Taksonomi Bloom yang dikembangkan dalam tujuan pengajaran hanya akan berkembang dengan efisien dan efektif bila dibarengi dengan metode mengajar yang tepat. Hal ini disebabkan karena setiap metode mengajar memiliki karakteristik tersendiri.
Secara umum penggunaan suatu metode akan bergantung pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai, faktor siswa dengan segala sifat individualitasnya, faktor guru dengan segala kompetensinya, faktor materi dengan segala sifatnya, faktor dana dan fasilitas yang tersedia, faktor waktu yang tersedia dalam PBM, faktor suasana yang menunjang/menghambat PBM, faktor partisipasi guru dan murid, kebaikan dan kelemahan suatu metode serta faktor filsafat yang menyangkut pandangan hidiip dan dasar bertindaknya seseorang (Karo Karo et al., 1975. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor ketiga adalah dedikasi guru. Dedikasi adalah tujuan kegiatan yang dilakukan seorang guru dalam rangka memajukan pembelajaran semata-mata berupa pengabdian, tidak bersifat komersial atau imbal jasa, untuk mencapai tujuan tertentu. (Rustandy, 1996. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Dedikasi ini akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran yang efektif dan efisien. Di samping itu, Ia berusaha mengarahkan anak didik untuk meraih pengetahuan, keterampilan, serta sikap.
Faktor keempat adalah kebijakan di bidang pendidikan. Depdiknas menetapkan strategi pengembangan komponen-komponen yang terkait secara terpadu dengan memprioritaskan enam komponen, di antaranya adalah: Pengembangan Kemampuan Profesional Guru yang meliputi metode, pembuatan alat bantu/media pengajaran, pendekatan penguasaan kurikulum dan materi pelajaran dan pendayagunaan laboratorium/alat praktek; pembuatan program semester dan persiapan mengajar - kini program semester dan silabus; kegiatan belajar mengajar; bimbingan dan penyuluhan (BP/BK); tugas guru sebagai wali kelas/guru kelas dan piket; tugas guru pendidikan jasmani dan kesehatan; pembinaan kesenian serta pengelolaan mulok (Depdikbud, 1994.Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
D. Metode Pemberian Tugas
1. Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (PR)
Metode ini merupakan salah satu metode yang ingin menerapkan learning by doing dari John Dewey. Tugas tersebut diberikan kepada individu maupun kelompok. Mereka akan melaksanakannya di dalam maupun di luar kelas dan di luar jam pelajaran. Adapun tugas yang bisa diberikan oleh guru itu banyak macamnya antara lain PR untuk Bidang Studi Matematika (Tim Bakti Guru, 1989. dalam Bukunya Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan).
2 Cara Melaksanakan Metode Pemberian Tugas (PR)
PR ini diberikan kepada para siswa pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan pertemuan. Tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru membuat soal, baik sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah soal/skop materi yang diberikan mesti mencakup seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu, bahkan di upayakan ada bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut sehingga tidak timbul kesalahfahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta memberikan petunjuk penyelesaiannya. Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran dimulai pada jam bahasan berikutnya atau guru menyediakan waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai, bisa diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi mendorong motivasi mereka (Pakhrudin, 1985. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
3 Manfaat Pemberian Tugas (PR)
Metode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.
Mereka akan mengerjakan PR karena adanya rasa takut/malu mendapatkan hukuman atau dengan kesadarannya sendiri (Pakhrudin, 1985,Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
4 Kelemahan Pemberian Tugas PR
Kelemahan yang dapat diamati dari pemberian tugas PR dapat di gambarkan sebagai berikut. (1) Seringkali siswa tidak mengerjakan PR dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan dengan alasan kerjasama; (2) Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid; (3) Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan menimbulkan kekurangtenangan mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya; (4) Sukar untuk memberikan tugas secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri; (5) Para siswa mengerjakan PR tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru/buku; dan (6) Para siswa lambat memahami keterangan dari guru.
.











BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pemberian PR akan bermanfaat karena PR tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa).
B.  Saran
Saran yang dapat diajukan penulis adalah sebagai berikut:
1.   Makalah ini hendaknya sebagai bacaan bagi semua kalangan terutama para guru dan calon guru.
2.      Pembaca hendaknya memberi kritikan pada makalah ini jika ada kesalahan dalam penulisan, sistematika penyusunan.

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/pengaruh-pemberian-pr-dalam.html

PENGARUH PEMBERIAN HADIAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V MI MANGUNRANAN KECAMATAN MIRIT



Proposal Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN HADIAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V MI MANGUNRANAN KECAMATAN MIRIT
2011/2012
disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metode Survei
Dosen Pengampu : Riawan Yudi Purwoko, S.Si, M.Pd



UMP
 






Disusun Oleh:
Ngusman                                (092143502/ VI C)
Sidik Al Mansuri                   (092143530/ VI C)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai permasalahan yang erat kaitanya dengan prestasi belajar siswa. Hal itu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, motivasi dan kecerdasan. Faktor dari luar seperti lingkungan, metode pembelajaran, serta guru juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang nantinya akan diperoleh siswa. Faktor-faktor tersebut selalu dipelajari agar dapat memaksimalkan potensi siswa tersebutdalam hal prestasi belajar.
Seiring berjalannya waktu, telah banyak penelitian yang mengungkapkan bagaimana meminimalisasi pengaruh negatif dari faktor-faktor tersebut dengan tujuan prestasi belajar yang diraih siswa sesuai dengan potensi kemampuan siswa. Berbagai upaya juga telah dilakukan agar dapat memaksimalkan prestasi siswa, karena terkadang, bahkan tidak sedikit siswa yang sebenarnya memiliki potensi untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik tetapi pada kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Hal itu tentu saja menarik perhatian para peneliti untuk mengetahui akar dari permasalahan tersebut. Banyak cara dilakukan dan disrankan agar dapat mengatasi masalah tersebut. Minat, bakat, motivasi siswa ditinjau agar mengetahui dimana letak kesalahan sehingga perkembangan tidak maksimal.  Hal yang cukup menarik perhatian adalah motivasi belajar siswa. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa siswa dengan motivasi tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sekarang kita lihat apa sebenarnya motivasi itu, apa yang mempengaruhi tingkat motivasi. Salah satu yang kita kedepankan adalah pemberian hadiah dalam upaya untuk meningkatkan motivasi siswa yang selanjutnya ditujukan untuk mendapatkan prestasi belajar yang sesuai dengan potensi siswa. Kemudian akan dibahas adalah keterkaitan antara pemberian hadiah terhadap tingkat motivasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kemudian peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu adakah keterkaitan antara pemberian hadiah terhadap tingkat motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada keterkaitan antara pemberian hadiah terhadap tingkat motivasibelajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
1.      Bagi siswa
·         Melatih siswa untuk lebih semangat memahami dan menguasai dalam pembelajaran matematika
·         Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam pembelajaran matematika.
·         Meningkatkan motivasi siswa dan menciptakan suanana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

2.      Bagi guru

·         Dapat memberikan suatu kontribusi positif yang diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
·         Memberikan dorongan untuk melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas belajar itu sendiri
                    
3.      Bagi sekolah
·         Bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika.
·         Dapat memberikan nilai tambah dan peningkatan kualitas sekolah



BAB II
 LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
1.      Definisi Motivasi Belajar.
 Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110).
Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55)..
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali sering diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik dengan membaca, belajar identik dengan mengerjakan soal-soal. Pengertian belajar seperti tersebut masih sempit. Menghafal tidak dinamakan belajar.
Loster D. Crow and Crow menyatakan bahwa belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap (Kasijan, 1984:16). Sumadi Suryabrata (1984:249) menyatakan bahwa kegiatan belajar mencakup tiga hal yaitu: a) membawa perubahan, b) terjadi karena didapatkan kecakapan baru, dan c) terjadi karena ada upaya. Belajar pada dasarnya adalah berusaha mendapatkan sesuatu kepandaian (Poerwadarminta, 1988:108).  Sedangkan  menurut istilah populer bahwa pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai bentuk pengalaman-pengalaman atau praktik (David R dalam IKIP Semarang, 1996:2). Menutrut Winkel bahwa belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan  lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas (WS Winkel, 198:36). 
Dengan demikian motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan perubahan tingkah laku sebagai bentuk pengalaman akibat interaksi dengan lingkunganuntuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2..    Jenis-jenis Motivasi Belajar
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
a.         Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
·         Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
·         Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
b.      Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis dalam Sardiman:
·         Motif atau kebutuhan organismisalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
·         Motof-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
·         Motif-motif objektif
c.       Motivasi jasmani dan rohani
·         Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
·         Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.
d.      Motivasi intrisik dan ekstrinsik
·         Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
·         Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar. (Sardiman, 1996: 90).
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. (Djmarah dan zain, 2002 : 168). Dari kutipan di atas, maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
a)    Memberi angka.
Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang  bervariasi. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b)    Hadiah.
Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c)    Pujian.
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d)    Memberi tugas.
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
e)    Memberikan ulangan.
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran  dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
f)    Hukuman.
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Populasi dan Sampel
1.   Populasi
Populasi adalah seluruh karakteristik tertentu yang dijadikan objek dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah  seluruh siswa kelas V MI Mangunranan.
2.   Teknik Pengambilan Sampel
 Teknik pengambilan sampel adalah cara yang dilakukan peneliti dalam memperoleh sampel. Teknik pengambilan sampel juga sering disebut teknik sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan  dengan  Simple Random Sampling yang  dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
a.       Didata Semua kelas yang terdapat di MI Mangunranan yaitu
b.      Sampel diambil secara acak melalui undian dan diperoleh kelas V.
c.       Diperoleh sampel penelitian ini adalah semua siswa kelas V MI Mangunranan.

3.   Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V MI Mangunran sebanyak 18 siswa.

B.     Tekhnik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner. Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan tertulis yang ditujukan untuk memperoleh data pribadi yang dijadikan objek penelitian. Kuesioner nantinya diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel (kelas V MI Mangunranan) sebanyak 34 siswa untuk mendapatkan data, kemudian dari data yang diperoleh akan diambil kesimpulan yang sesuai.
 

About

Site Info

Text

pandawa Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers